Kamis, 17 November 2011

kerinduan dan maaf (part2)

Sungguh aku tak mampu mengucapkan apapun...
bahkan tubuh ini rasanya lemas tak bertulang.

lihatlah ! tubuhnya begitu lemah. Matanya begitu kosong. wajahnya, begitu kusut. rambutnya, begitu masai. dan... astaga ! kenapa auranya begitu menyedihkan?

sungguh aku tak mampu mengucapkan apapun lagi...
bahkan kelu sekali rasanya lidahku untuk sekedar bertanya, sudah makan?

mata (kosong)nya berusaha menelusuri siapa yang baru saja datang.
aku berada persis di hadapannya, tapi ia tidak mengenaliku.
matanya kembali beredar, berusaha mempelajari suasana yang berubah.
entah itu apa, ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda.


lihatlah siapa yang datang... lihatlah kami !
orang yang pernah engkau kikis hatinya, dengan sikap dan kata-katamu.
dengan segala keangkuhan. dengan segala egomu, kau campakkan kami begitu saja.

lihatlah ! kami datang demi mendengar kabarmu yang kurang baik. kabarmu yang tak lagi segagah dulu. kabarmu, yang tak mampu lagi mendongak penuh angkuh. kabarmu, yang sakit.
kami datang karena kami pun, sakit. sakit sekali sakit yang bahkan lebih sakit saat dirimu berdiri gagah. lebih sakit saar dirimu membanggakan mobil atau rumah kesayanganmu. bahkan lebih sakit saat engkau lebih memuji yang lain, daripada kami. benar, kami sakit.

ia bangun dari duduknya, beranjak ke dipan bambu. hanya berpindah tempat duduk. sambil kembali berusaha mengenali sekitarnya. tetap belum mengenali siapapun, tanpa sepatah katapun.
aku berjalan, untuk kemudian duduk disisinya. memberinya minum, tapi ia menolak. menggeleng.
memberinya makan, lagi-lagi ia menolak. hanya menggeleng.

aku hanya terdiam, menunggu reaksinya kemudian. apalagi? pikirku.
hingga akhirnya ia menatapku. menatap wajahku. tidak ! tepat dimataku.
aku melihat wajahnya mencair, tidak skaku sebelumnya.
Oh tidak, sekarang matanya mencair.... bukan, tapi airmata mengalir dari kedua pelupuk matanya !

ya Rabb, detik itu kami terisak. saat akhirnya ia mampu mengenaliku... dengan menangis.
tangannya meraa-raba wajahku. berusaha lebih dekat. aku beringsut mendekapnya, tumpahlah segalanya.
tangisan itu, adalah saksi.

pada saat itu, marah, benci, kecewa, tumpah semua. atau mungkin dapat dikatakan, hilang begitu saja.
berganti menjadi sebuah kata, kerinduan.

sementara ia, yang menangis di usia yang tak lagi muda. tumpah bak anak kecil, yang rindu dengan orangtuanya. tapi ini sebaliknya ! hebat benar KuasaNya yang tiada tara.
dalam kegamangan yang luar biasa. Dalam kesempitan hati, ternyata hatinya, hati kami telah berbicara tentang satu kata lainnya, yaitu Maaf.

begitulah cinta berbicara. begitulah kasih yang terpupuk sekian lama mendekap seluruh energi negatif menjadi pelukan hangat kerinduan. begitulah kebencian, kemarahan yang sirna di hapus oleh maaf.

Ya Rabb, sungguh kejadian ini tak pernah ku bayangkan. kami berlima, berpelukan. Dalam kebisuan, hanya hati yang bicara, mendengar, merasa : sungguh, aku merindukanmu ! sungguh maafkanlah aku !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

blogger yang baik, selalu meninggalkan jejaknya ;)

my review on goodreads

Pukat (Serial Anak-anak Mamak, Buku 3)Pukat by Tere Liye
My rating: 5 of 5 stars

buku ini membuat saya begitu bergetar. mamak yang galak, tapi penuh cinta dan kasih sayang. bapak yang lembut, namun penuh ketegasan.
mereka adalah contoh orang tua yang baik dalam mendidik anak2nya.

jaman sekarang, masih nemu gak ya orangtua yang kaya mereka ? atau, anak-anak macam pukat ?

View all my reviews