Rabu, 20 Maret 2013

Menghargai Pekerja(an)

Kesibukan yang kualami akhir-akhir ini buatku agak sedikit tertekan. Selain harus me-manage diriku sendiri agar mengerjakan segalanya tepat waktu dan sesuai dengan permintaan atasan, aku jg harus mengerjakan segalanya dengan baik. Jangan mengeluh, karena itu akan membuat energimu terbuang sia-sia. Pesan atasanku saat baru-baru masuk kerja. 

Menjadi seorang pekerja bukan hal yang mudah, tapi bukan juga untuk dipersulit. Lha iya, kita itu harus tetap bekerja untuk tetap berpenghasilan. Uang tak mungkin datang dengan sendirinya hanya dengan ongkang-ongkang kaki dirumah. Orang yang sudah bisa berpenghasilan metode Passive Income hanya mereka yang dulunya sudah berlelah sepanjang hari agar usahanya maju. Tetap saja, judulnya : Bekerja.

Pekerjaan yang sedang ku kerjakan saat ini bisa dibilang sibuk enggak sibuk enggak. Nah loh ? 
Iya, saat semua pekerjaan datang padaku disaat yang bersamaan, maka hari itu akan jadi busiest hour in the day. Kerjaan yang ku handle bervariasi, jadi tidak saling berhubungan  satu dengan yang lain. 
Belum lagi, akhir-akhir ini beberapa rekanku resign. Aku harus mem-back up pekerjaan 3 orang. Sedih ? Marah ? Kecewa ? Tidak. Tapi aku benar-benar butuh bantuan saat itu memang harus.

Bekerja saat ini bagiku dua sisi mata uang. Disatu sisi aku membutuhkan uang, disisi lain memang aku ahrus bekerja agar aku dapat mengaktualisasi diriku, kemampuanku. Upah yang kuterima saat ini bukan lagi jadi masalah yang utama. Ada hal lain yang ingin di dapatkan pekerja manapun di dunia ini, Harga Diri. 

Kenapa penting ? 
Ingatanku melayang pada beberapa tahun silam, disebuah kelas dalam ajang pemilihan Calon Osis di SMK. Salah satu yang paling aku ingat sampai sekarang adalah mengenai konsep 5 Jari. Kelima jari ini memiliki makna Filosofi tersendiri. Jari Telunjuk artinya, seorang pemimpin harus bisa mengarahkan, memberi tahu kesalahan yang dipimpinnya. Jari Tengah artinya, seorang pemimpin bisa menjadi penengah saat ada konflik. Jari Manis artinya, seorang pemimpin harus bersikap yang manis, -jadi panutan. Jari Kelingking artinya, seorang pemimpin harus bisa membaur. Adakalanya seorang pemimpin tidak berada dalam puncaknya, bisa ditempatkan dimana saja (terjun ke lapangan, membaur dengan yg dipimpin). Ibu Jari artinya, seorang pemimpin harus bisa menghargai pekerjaan anak buahnya. 

Konsep saling menghargai itu, penting. Penting bagi seorang pekerja menghargai atasannya, datang tepat waktu, melakukan pekerjaan dengan baik, berbicara sopan, dsb. Penting bagi seorang atasan/pemimpin menghargai pekerja/anak buahnya, saat pekerja telah melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan lebih, sedikit dipuji rasanya tidak berlebihan. Memfasilitasi pekerja sesuai dengan yang seharusnya, itu juga salah satu bentuk penghargaan terhadap pekerja. 

Kuncinya? Ikhlas ! 
Bukan soal mudah ikhlas dalam bekerja. Apalagi saat sudah berusaha maksimal, tapi mendapatkan minimal, minim penghargaan. Tapi, kita harus Ikhlas ! bekerja karena Allah, adalah hal yang selalu didengungkan orangtuaku sejak dulu. Ikhlas, berapapun uang yang kita dapatkan, akan terasa sangat cukup saat kita besyukur. Ikhlas, bekerja dengan hati, bekerja dengan sungguh-sungguh. Menghargai perkerja(an) itu akan berdampak sangat besar untuk jangka panjang. Karena Tak akan sia-sia sesuatu yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Tak akan sia-sia, itu Keniscayaan. 

2 komentar:

blogger yang baik, selalu meninggalkan jejaknya ;)

my review on goodreads

Pukat (Serial Anak-anak Mamak, Buku 3)Pukat by Tere Liye
My rating: 5 of 5 stars

buku ini membuat saya begitu bergetar. mamak yang galak, tapi penuh cinta dan kasih sayang. bapak yang lembut, namun penuh ketegasan.
mereka adalah contoh orang tua yang baik dalam mendidik anak2nya.

jaman sekarang, masih nemu gak ya orangtua yang kaya mereka ? atau, anak-anak macam pukat ?

View all my reviews